]
Full Day School: Bukan Sekadar Waktu, Tapi Mutu!
Kebijakan Full Day School (FDS) di Indonesia, yang bertujuan untuk memperpanjang waktu siswa di sekolah demi penguatan karakter, pendalaman materi, dan pengembangan minat bakat, seringkali memicu perdebatan sengit. Meskipun niatnya mulia, implementasinya berpotensi membawa dampak negatif terhadap mutu pembelajaran jika tidak dikelola dengan tepat.
Kelelahan dan Penurunan Konsentrasi:
Salah satu dampak paling nyata adalah kelelahan fisik dan mental siswa. Terutama bagi anak usia dini dan sekolah dasar, rentang konsentrasi mereka terbatas. Jam belajar yang panjang dapat menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh, dan stres. Akibatnya, fokus mereka menurun drastis pada jam-jam akhir pelajaran, membuat materi yang disampaikan tidak terserap dengan optimal.
Motivasi Belajar yang Terkikis:
Ketika sekolah terasa seperti "penjara" dengan durasi yang sangat panjang, motivasi intrinsik siswa untuk belajar bisa terkikis. Mereka mungkin melihat sekolah sebagai beban, bukan tempat untuk eksplorasi dan pengembangan diri. Pembelajaran yang seharusnya menyenangkan dan menantang justru berubah menjadi rutinitas monoton yang melelahkan.
Minimnya Waktu Personal dan Keluarga:
Waktu luang siswa untuk beristirahat, bermain, berinteraksi dengan keluarga, atau mengembangkan hobi di luar kurikulum sekolah menjadi sangat terbatas. Padahal, aspek-aspek ini krusial untuk perkembangan sosial-emosional, kreativitas, dan kesehatan mental anak. Keterbatasan waktu personal ini dapat menghambat perkembangan holistik siswa.
Tantangan Inovasi Pembelajaran Guru:
Agar jam belajar yang panjang efektif, guru dituntut untuk sangat inovatif dalam metode pengajaran. Tanpa variasi aktivitas, pembelajaran akan terasa monoton. Jika guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang dinamis dan interaktif sepanjang hari, tambahan waktu justru hanya akan menambah durasi kebosanan, bukan meningkatkan pemahaman.
Kesimpulan:
Mutu pembelajaran tidak hanya diukur dari kuantitas waktu yang dihabiskan di sekolah, melainkan dari kualitas interaksi, efektivitas metode pengajaran, dan sejauh mana siswa terlibat aktif serta antusias dalam proses belajar. Kebijakan Full Day School perlu dievaluasi secara komprehensif, dengan fokus pada keseimbangan antara durasi belajar dan kebutuhan psikologis anak. Tanpa strategi yang matang dan inovasi berkelanjutan, jam sekolah yang lebih panjang justru berisiko mengorbankan esensi dan mutu pembelajaran itu sendiri, melahirkan siswa yang hadir secara fisik namun absen secara mental.


